Update Windows Sampai 6 Jam? Hoax atau Nyata?

Berdasarkan laporan terbaru dari Microsoft sang pembuat perangkat lunak (software), seluruh komputer yang menjalankan Windows 10 dan 11 dapat memakan waktu hingga enam jam untuk mengunduh dan menerapkan pembaruannya secara keseluruhan.

Investigasi internal pihak Microsoft baru-baru ini mengungkapkan bahwa komputer yang menggunakan sistem operasi Windows dan tidak terhubung internet selama 6 (enam) jam tanpa henti pada suatu saat “sangat tidak mungkin” berhasil menerapkan pembaruan dengan baik dan benar.

Manajer program Microsoft bernama David Guyer menulis di dalam posting blognya baru-baru ini, bahwa saat ini sistem operasi Windows memerlukan minimal dua jam terhubung koneksi internet secara terus menerus, dan enam jam lagi terhubung untuk menginstal “pembaruan kualitas dan fitur.”

“Ini memungkinkan pengunduhan pembaruan sukses dan instalasi yang dapat dimulai ulang (ketika dilakukan restart atau saat kamu mematikan komputer) atau dilanjutkan setelah komputer aktif dan terhubung internet kembali,” tulis Guyer.

Hampir satu minggu setelah artikel pertama kali diunggah, Guyer menjawab beberapa pertanyaan tajam pada kolom komentar, menjelaskan bahwa sebagian besar pembaruan — dari awal hingga akhir — dapat memakan waktu kurang dari satu jam.

“Enam ‘total jam terhubung’ yang saya tulis dalam artikel ini didasarkan pada penelitian yang mencakup perangkat komputer yang jarang digunakan, seringkali hanya online selama beberapa menit saja dalam beberapa jam, memiliki konektivitas terputus-putus, dan sering kali menggunakan daya baterai,” tulis Guyer.

“Beberapa bagian dari proses pembaruan dapat dimulai ulang dari yang terakhir, seperti melakukan unduhan. Sedangkan lainnya perlu dimulai ulang dari awal jika perangkat komputer mati. Jadi, keduanya diperhitungkan dalam kriteria.”

.

Masalah paling umum, klaim Microsoft, terjadi pada perangkat komputer yang menjalankan sistem operasi Windows 10; sistem tersebut memerlukan pembaruan yang ukurannya jauh lebih besar daripada Windows 11.

Seperti yang kita ketahui bahwa Microsoft telah mengurangi ukuran pembaruan untuk Windows 11 sebesar 40% melalui teknologi kompresi,

“dengan demikian otomatis juga memotong waktu dan persyaratan total bandwidth yang diperlukan untuk pembaruan,” tulis Guyer sebagai seorang insinyur perangkat lunak dan manajer program Microsoft dalam blognya tersebut.

.

.

Microsoft, kata Guyer, telah berinvestasi dalam upaya signifikan untuk memahami mengapa beberapa komputer yang terpasang Windows sebagai sistemnya masih belum sepenuhnya up to date.

Sekitar setengah dari komputer berbasis Windows 10 yang tidak lagi menjalankan lisensi berlangganan untuk pembaruan tidak menghabiskan cukup waktu online agar dapat mengunduh dan menginstal pembaruan secara mandiri.

Jumlah itu kemudian turun menjadi 25% dari komputer Windows 10 yang menggunakan versi yang memiliki lisensi berlangganan tetapi memiliki pembaruan keamanan (security updates) sudah kedaluwarsa bahkan lebih dari 60 hari, menurut data yang dimiliki oleh Microsoft.

Salah satu masalah yang diketahui yaitu, kita sebagai pengguna komputer memiliki kebiasaan mematikan sistem (komputer) di akhir hari kerja, menghilangkan kemampuan dan kemungkinan pembaruan yang bisa saja terjadi di malam hari.

“Betapa pentingnya bagi kita untuk menjaga perangkat komputer tetap terhubung dengan internet sehingga dapat tetap terlindungi dan pada akhirnya kita dapat tetap produktif,” kata Guyer.

.

Saat menyelidiki masalah tersebut, Microsoft menemukan “konektivitas pembaruan yang tidak memadai”, atau jumlah waktu dan bandwidth yang diperlukan untuk memperbarui software sepenuhnya membutuhkan waktu tersambung dengan internet selama enam jam.

“Jika komputer memiliki konektivitas internet untuk pembaruan yang tidak memadai, maka menyelidiki masalah pada saat pembaruan lainnya menjadi lebih rumit karena konektivitas yang rendah dapat menciptakan masalah baru dan akan hilang begitu ada konektivitas internet yang cukup, ”tulis Guyer.

Namun, intinya adalah bahwa pembaruan sistem operasi Windows berukuran besar, dan bahkan memecahnya menjadi segmen-segmen yang lebih kecil lalu memisahkannya sehingga tidak terjadi sekaligus dalam satu waktu masih membutuhkan komputer menyala dalam waktu yang cukup lama;

kemudian, setelah pembaruan diunduh sepenuhnya, PC masih harus memasukkan/meng-install pembaruan perangkat lunak dalam mode latar belakang (background mode) agar memiliki dampak minimal pada kinerja komputer.

Masalah pembaruan untuk Microsoft telah menjadi masalah selama bertahun-tahun; hal tersebut bukan sesuatu yang baru dialami dengan sistem operasi Windows 10.

“Microsoft akan mengalami kesulitan bergerak maju mengatasi skenario ini, tetapi mereka mencoba melakukannya lebih baik setiap kali meluncurkan sistem operasi (OS) baru” kata Jack Gold, seorang analis utama di J. Gold Associates .

Masalah mendasarnya terletak pada cara Microsoft menyusun OS Windows serta melakukan proses pembaruan tersebut, karena pada dasarnya membutuhkan sebagian besar sistem operasi untuk diperbarui terlebih dahulu setiap kali muncul versi baru, menurut Gold.

“Sistem operasi lain, terutama beberapa yang sifatnya mobile…, telah menemukan cara melakukan pendekatan per komponen sehingga hanya memperbarui sebagian dari kode yang diperlukan,” tulis Gold dalam tanggapan emailnya ke Computerworld.

.

“Microsoft juga sudah mencoba bergerak menuju arah pendekatan tersebut, dan sistem operasi terbarunya Windows 11 juga lebih baik dalam hal ini. Tetapi arsitektur dasar OS Windows membuatnya sulit untuk beralih sepenuhnya ke proses yang tidak terlalu membebani, mengingat banyak kode dan platform yang digunakan dalam versi OS yang baru.”

.

.

Jika Microsoft mencoba memberikan prioritas pembaruan OS yang mereka butuhkan agar bisa diselesaikan dengan cepat, pada dasarnya proses tersebut akan mengambil alih sebagian besar kinerja PC, sehingga menyebabkan kinerja lamban pada semua aplikasi di dalamnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Microsoft menyelesaikan sebagian unduhan, yaitu melakukan sebuah unduhan, menunggu sebentar, lalu mengunduh lagi, kata Gold.

“Pada dasarnya, mereka melakukan pelambatan agar tidak terlalu memengaruhi kinerja PC, agar tidak benar-benar merusak kinerja PC pengguna ketika sedang bekerja,” kata Gold.

OS lain juga memiliki masalah serupa, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah. Misalnya, macOS Apple dibangun di atas kernel Linux yang jauh lebih tersegmentasi daripada Windows.

Jadi pembaruan ke sistem biasanya tidak sebesar itu, kecuali jika kita sebagai pengguna akan memutakhirkan ke versi macOS yang benar-benar baru.

“Tapi, itu tidak berarti bahwa proses pembaruan di Mac juga mudah,” kata Gold. “Masih membutuhkan sumber daya komputasi untuk mengunduh dan melakukan upgrade. Hanya saja sedikit lebih mudah pada sisi sistem dan pengguna dibandingkan dengan Windows.”

Menurut Microsoft, masalah lain yang memengaruhi pembaruan adalah manajemen daya. Beberapa setelan daya dan kebijakan terkait membuat perangkat tertidur lelap (sleep mode) atau melakukan hibernasi terlalu cepat, sehingga mencegah pembaruan terjadi di luar jam aktif komputer.

.

Microsoft memberikan rekomendasi tentang cara untuk memastikan pembaruan dapat dilakukan, termasuk pengaturan daya dimana memungkinkan perangkat komputer tetap dapat mengikuti pembaruan keamanan.

Admin TI dapat menggunakan Objek Kebijakan Grup (Group Policy Objects) untuk mengelola kebijakan menggunakan pengaturan keamanan Windows, tersedia sebagai bagian dari Security Compliance Toolkit, untuk melakukan konfigurasi pengaturan daya.

Perusahaan mungkin juga ingin mempertimbangkan untuk memisahkan perangkat komputer yang tidak memiliki konektivitas pembaruan minimum.

Alasannya adalah bahwa perangkat tersebut dianggap tidak “layak untuk diperbarui dengan sehat” (update healthy), dan mengubah kebijakan atau membanjirinya dengan lebih banyak pembaruan tidak akan membantu sampai perangkat tersebut memenuhi pengukuran Konektivitas Pembaruan minimum yang diperlukan agar berhasil.

Admin dapat memeriksa perangkat mana saja dengan konektivitas pembaruan yang tidak memadai menggunakan Microsoft Intune. Kemudian, navigasikan ke Devices > Monitor dan pilih Feature update failures atau Windows Expedited update failures report.

Nah, bagaimana dengan pengalaman kamu? Apakah hoax atau nyata?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top